Minggu, 07 Februari 2010

Model Pembelajaran “Collaborative Learning”

Mata Kuliah:

DASAR ILMU REPRODUKSI TERNAK



Dosen Pengampu Mata Kuliah


Prof. Dr.Ir. Abd. Latief Toleng, MSc.










Jurusan Produksi Ternak
FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2009




ORGAN REPRODUKSI TERNAK


Model Pembelajaran “Collaborative Learning”

Mata Kuliah:

DASAR ILMU REPRODUKSI TERNAK





Jurusan Produksi Ternak
FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2009















MODUL I

ORGAN REPRODUKSI TERNAK


Prakata
Modul 1 ini adalah salah satu modul yang dibuat untuk mengembangkan pola pembelajaran berdasarkan “Student Centered Learning” yang sifatnya “collaborative learning” pada mata kuliah DASAR ILMU REPRODUKSI TERNAK. Modul ini berisi materi singkat untuk membantu proses pembelajaran secara mandiri (self-learning material) memperoleh wawasan awal tentang Organ reproduksi ternak. Modul ini merupakan dasar untuk mempelajari modul-modul berikutnya. Hal ini disebabkan karena modul ini mengandung materi anatomi dan fisiologi alat kelamin jantan dan betina serta organ-organ lain yang terkait dengan proses reproduksi.

Peta Kududukan Modul
Modul 1:

Organ reproduksi ternak
(Tm. 1)
Proses perkembangan alat reproduksi
(Tm. 2)
Organ reproduksi ternak betina
(Tm 3)
Organ reproduksi ternak jantan
(Tm 4)
Kelenjar endokrin dan hormon reproduksi
Modul 2
Perkembangan ovum & sperma, pubertas, berahi dan Ovulasi (Tm. 1)
Proses oogenesia & Spermatogenesis
(Tm. 2)
pubertas
(Tm 3)
estrus dan ovulasi
Modul 3
Fertilisasi dan kebuntingan
(Tm. 1)
Fertilisasi
(Tm. 2)
Kebuntingan
(Tm 3)
proses kelahiran dan menyusui
Modul 4
Evaluasi keberhasilan proses reproduksi dan factor-faktor yang mempengaruhinya. (Tm. 1)
evaluasi keberhasilan efisiensi reproduksi
(Tm. 2)
faktor-faktor yang berpengaruh pada proses reproduksi (Faktor internal) .
(Tm 3)
faktor-faktor yang berpengaruh pada proses reproduksi (Faktor Eksternal)

Tm = tatap muka
I. PENDAHULUAN
1.1. Deskripsi
Nama Modul :
Organ reproduksi ternak
Ruang Lingkup Isi :
1. Proses pembentukan dan defrensiasi organ reproduksi jantan dan betina selama dalam perkembangan embryo.
2. Anatomi dan fisiologi organ reproduksi jantan dan betina. Disini akan dibahas fungsi masing-masing bagian organ reproduksi jantan dan betina dalam proses terjadinya fertilisasi, kebuntingan dan kelahiran.
3. Kelenjar-kelenjar endokrin yang menghasilkan hormon-hormon reproduksi dan fungsi serta mekanisme kerja hormon-hormon tersebut.

Kaitan Modul :
Modul pertama ini secara singkat merupakan dasar yang dipandang perlu untuk mendapatkan wawasan tentang anatomi dan fisiologi organ reproduksi serta kaitannya dengan kelenjar endokrin. Wawasan ini sangat diperlukan dalam memahami proses-proses reproduksi (estrus, ovulasi, fertilisasi, kebuntingan dan kelahiran) dan berbagai faktor yang berkaitan dengan optomalisasi proses reproduksi.

1.2. TUJUAN
Setelah mempelajari modul ini, mahasiswa diharapkan memiliki kemampuan untuk menjelaskan dan memahami :
a) Proses perkembangan dan defrensiasi alat reproduksi jantan dan betina
b) Anatomi dan fisiologi alat kelamin betina
c) Anatomi dan fisiologi alat kelamin jantan
d) Peranan hormon reproduksi yang dihasilkan oleh kelenjar endokrin dalam pengaturan proses reproduksi

II. PEMBELAJARAN
2.1. Proses pembentukan sel-sel kelamin dan mekanisme deferensiasi jenis kelamin jantan dan betina.
2.2. Anatomi alat kerlamin jantan betina serta fungsi dari masing-masing bagian dari organ-organ tersebut.
2.3. Kelenjar-kelenjar endokrin yang menghasilkan hormon reproduksi.
2.4. Pengertian, jenis, dan fungsi dari masing-masing hormon reproduksi.
2.5. Mekanisme kerja hormon dalam mengatur proses reproduksi.

2.6. Soal Latihan :
1. Terangkan mekanisme terjadinya deferensiasi alat kelamin ternak selama perkembangan embryo ?.
2. Tunjukkan dengan gambar bagian-bagian masing-masing alat kelamin jantan dan betina dan sebutkan fungsi masing-masing bagian tersebut ?.
3. Jelaskan mekanisme kerja antar bagian-bagian pada alat kelamin betina dalam memproduksi sel kelamin betina (ovum).
4. Jelaskan mekanisme kerja antar bagian-bagian pada alat kelamin jantan dalam memproduksi sel kelamin jantan (spermatozoa).
5. Sebutkan (minimal 4) jenis kelenjar endokrin yang mengsekresi hormon reproduksi dan sebutkan jenis hormon yang dihasilkan oleh masing-masing kelenjar tersebut serta terangkan fungsi masing-masing hormon tersebut.
6. Jelaskan mekanisme kerja antar hormon-hormon reproduksi (FSH, LH, estrogen, progesteron, prostaglandin) dalam mengatur siklus reproduksi (berahi, ovulasi, kebuntingan).
7. Jelaskan pengertian-pengertian berikut dan terangkan kaitannya dengan perubahan siklus reproduksi dan mekanisme hormonal:
a) Chriptorchidism
b) Ovariectomy
c) Vasectomy
d) Kastrasi
e) Freemartin

III. PENUTUP

Setelah melengkapi proses belajar sampai pada membuat latihan soal secara mandiri, maka dapat diharapkan mahasiswa memiliki kemampuan untuk memahami, memberikan penjelasan, menganalisis dan mengevaluasi :
a. Proses perkembangan dan defrensiasi alat reproduksi jantan dan betina
b) Anatomi dan fisiologi alat kelamin betina
c) Anatomi dan fisiologi alat kelamin jantan
d) Peranan hormon reproduksi yang dihasilkan oleh kelenjar endokrin dalam pengaturan proses reproduksi

DAFTAR PUSTAKA

1. Reproduction in cattle by A.R. Peters & P.J.H. Ball (1986)
2. Physiology of reproduction & AI in cattle by Salisbury et.al (1978)
3. Reproduction in domestic Animals by Cupps, P.T. (1991)
4. Veterinary Reproduction & Obstetrics by Arthur, G.H. et al (1996)
5. Hormonal control of reproduction by Austin & Short (1984)
6. Veterinary endocrinology & reproduction. By McDonald, L.E. (1989)
7. Germ cell & Fertilization. By Austin & Short (1972)
8. Controlling Reproduction. By Hutchinson, J.S.M. (1993)












Perkembangan ovum & sperma, pubertas, berahi dan Ovulasi


Model Pembelajaran “Collaborative Learning”

Mata Kuliah:

DASAR ILMU REPRODUKSI TERNAK





Jurusan Produksi Ternak
FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2009















MODUL 2

Perkembangan ovum & sperma, pubertas, berahi dan Ovulasi

Prakata
Modul 2 ini adalah salah satu modul yang dibuat untuk mengembangkan pola pembelajaran berdasarkan “Student Centered Learning” yang sifatnya “collaborative learning” pada mata kuliah DASAR ILMU REPRODUKSI TERNAK. Modul ini berisi materi singkat untuk membantu proses pembelanjaran secara mandiri (self-learning material) memperoleh wawasan tentang perkembangan sela kelamin jantan dan betina, pubertas, estrus dan ovulasi. Modul ini merupakan dasar untuk mempelajari modul-modul berikutnya (fertilisasi, kebuntingan dan kelahiran serta menyusui).

Peta Kududukan Modul
Modul 1:

Organ reproduksi ternak
(Tm. 1)
Proses perkembangan alat reproduksi
(Tm. 2)
Organ reproduksi ternak betina
(Tm 3)
Organ reproduksi ternak jantan
(Tm 4)
Kelenjar endokrin dan hormon reproduksi
Modul 2
Perkembangan ovum & sperma, pubertas, berahi dan Ovulasi (Tm. 1)
Proses oogenesia & Spermatogenesis
(Tm. 2)
pubertas
(Tm 3)
estrus dan ovulasi
Modul 3
Fertilisasi dan kebuntingan
(Tm. 1)
Fertilisasi
(Tm. 2)
Kebuntingan
(Tm 3)
proses kelahiran dan menyusui
Modul 4
Evaluasi keberhasilan proses reproduksi dan factor-faktor yang mempengaruhinya. (Tm. 1)
evaluasi keberhasilan efisiensi reproduksi
(Tm. 2)
faktor-faktor yang berpengaruh pada proses reproduksi (Faktor internal) .
(Tm 3)
faktor-faktor yang berpengaruh pada proses reproduksi (Faktor Eksternal)

Tm = tatap muka


I. PENDAHULUAN
1.1. Deskripsi
Nama Modul :
Perkembangan ovum & sperma, pubertas, berahi dan Ovulasi

Ruang Lingkup Isi :
1 Proses pertumbuhan dan pematangan oocyte dalam follikel dan spermatozoa dalam testes.
2 Pengertian pubertas pada ternak dan faktor-faktor yang mempengaruhinya..
3 Pengertian estrus, fase-fase siklus estrus dan lama estrus pada ternak.
4 Pengertian dan mekanisme terjadinya ovulasi.
5 Pengaturan pubertas, estrus dan ovulasi oleh mekanisme hormonal.

Kaitan Modul :
Modul kedua ini secara singkat merupakan dasar yang dipandang perlu untuk mendapatkan wawasan tentang proses perkembangan sela kelamin jantan dan betina, mekanisme munculnya pubertas, berahi dan ovulasi pada ternak. Wawasan ini sangat diperlukan dalam memahami proses-proses fisiologis dan tingkah laku ternak yang mengalami dewasa kelamin dan estrus serta ovulasi. Selanjutnya, dalam modul ini diuraikan tentang pengturan estrus dan ovulasi oleh mekanisme kerja hormonal. Hal ini sangat diperlukan guna mengatur perkawinan ternak dan berbagai hal yang berkaitan dengan manajemen reproduksi.

1.2. TUJUAN
Setelah mempelajari modul ini, mahasiswa diharapkan memiliki kemampuan untuk menjelaskan dan memahami :
a. Proses pertumbuhan dan pematangan oocyte dalam follikel dan spermatozoa dalam testes.
b. Pengertian pubertas pada ternak dan faktor-faktor yang mempengaruhinya..
c. Pengertian estrus, fase-fase siklus estrus dan lama estrus pada ternak serta pengaturan estrus oleh hormon reproduksi.
d. Pengertian dan mekanisme terjadinya ovulasi.
e. Kaitan mekanisme kerja hormonal dengan prilaku berahi dan ovulasi.

II. PEMBELAJARAN
2.1. Proses pertumbuhan dan pematangan oocyte dalam follikel dan spermatozoa dalam testes.
2.2. Pengertian pubertas pada ternak dan faktor-faktor yang mempengaruhinya.
2.3. Pengertian estrus, fase-fase siklus estrus dan lama estrus pada ternak.
2.4. Pengertian dan mekanisme terjadinya ovulasi.
2.5. Mekanisme kerja hormon dalam mengatur siklus estrus dan ovulasi.





2.6. Soal Latihan :
1. Gambarkan dan terangkan proses terjadinya oogenesis dan spermatogenesis.
2. Jelaskan definisi pubertas dan terangkan faktor-faktor yang mempengaruhinya.
3. Jelaskan mekanisme munculnya berahi dan ovulasi dan terangkan kaitannya dengan perubahan sekresi hormon-hormon reproduksi.
4. Analisa berbagai kemungkinan jika seekor ternak tidak mengalami berahi setelah dicapainya umur pubertas.
5. Jelaskan berbagai kemungkinan jika seekor induk yang berahi tetapi tidak mengalami ovulasi.


III. PENUTUP
Setelah melengkapi proses belajar sampai pada membuat latihan soal secara mandiri, maka dapat diharapkan mahasiswa memiliki kemampuan untuk memahami, memberikan penjelasan, menganalisis dan mengevaluasi :
a. Proses pertumbuhan dan pematangan oocyte dalam follikel dan spermatozoa dalam testes.
b. Pengertian pubertas pada ternak dan faktor-faktor yang mempengaruhinya.
c. Pengertian estrus, fase-fase siklus estrus dan lama estrus pada ternak.
d. Pengertian dan mekanisme terjadinya ovulasi.
e. Mekanisme kerja hormon dalam mengatur siklus estrus dan ovulasi.

DAFTAR PUSTAKA

1. Reproduction in cattle by A.R. Peters & P.J.H. Ball (1986)
2. Physiology of reproduction & AI in cattle by Salisbury et.al (1978)
3. Reproduction in domestic Animals by Cupps, P.T. (1991)
4. Veterinary Reproduction & Obstetrics by Arthur, G.H. et al (1996)
5. Hormonal control of reproduction by Austin & Short (1984)
6. Veterinary endocrinology & reproduction. By McDonald, L.E. (1989)
7. Germ cell & Fertilization. By Austin & Short (1972)
8. Controlling Reproduction. By Hutchinson, J.S.M. (1993)















Fertilisasi, kebuntingan, kelahiran dan menyusui


Model Pembelajaran “Collaborative Learning”

Mata Kuliah:

DASAR ILMU REPRODUKSI TERNAK



Jurusan Produksi Ternak
FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2009

















MODUL 3

FERTILISASI, KEBUNTINGAN, KELAHIRAN DAN MENYUSUI


Prakata
Modul 3 ini adalah salah satu modul yang dibuat untuk mengembangkan pola pembelajaran berdasarkan “Student Centered Learning” yang sifatnya “collaborative learning” pada mata kuliah DASAR ILMU REPRODUKSI TERNAK. Modul ini berisi materi singkat untuk membantu proses pembelanjaran secara mandiri (self-learning material) memperoleh wawasan tentang proses fertilisasi, kebuntingan, kelahiran dan menyusui pada ternak. Modul ini merupakan akhir suatu rangkaian proses reproduksi yang sangat menentukan kesuksesan suatu proses reproduksi.

Peta Kududukan Modul
Modul 1:

Organ reproduksi
(Tm. 1)
Proses perkembangan alat reproduksi
(Tm. 2)
Organ reproduksi ternak betina
(Tm 3)
Organ reproduksi ternak jantan
(Tm 4)
Kelenjar endokrin dan hormon reproduksi
Modul 2
Perkembangan ovum & sperma, pubertas, berahi dan Ovulasi (Tm. 1)
Proses oogenesia & Spermatogenesis
(Tm. 2)
pubertas
(Tm 3)
estrus dan ovulasi
Modul 3
Fertilisasi, kebuntingan, kelahiran dan menyusui (Tm. 1)
Fertilisasi
(Tm. 2)
Kebuntingan
(Tm 3)
proses kelahiran dan menyusui
Modul 4
Evaluasi keberhasilan proses reproduksi dan factor-faktor yang mempengaruhinya. (Tm. 1)
evaluasi keberhasilan efisiensi reproduksi
(Tm. 2)
faktor-faktor yang berpengaruh pada proses reproduksi (Faktor internal) .
(Tm 3)
faktor-faktor yang berpengaruh pada proses reproduksi (Faktor Eksternal)

Tm = tatap muka

I. PENDAHULUAN

1.1. Deskripsi
Nama Modul :
Organ reproduksi ternak

Ruang Lingkup Isi :
1. Proses Fertilisasi (Kapasitasi spermatozoa, Penetrasi spermatozoa, daya tahan hidup spm & Ovum)
2. Kebuntingan (Perkembangan embryo muda, Pembentukan membran embryo dan pemeriksaaan kebuntingan).
3. Kelahiran (Proses kelahiran, Tanda-tanda menjelang kelahiran dan fase-fase kelahiran).
4. Menyusui (Anatomi kelenjar susu dan proses Pengeluaran air susu.

Kaitan Modul :
Modul ketiga ini secara singkat merupakan dasar yang dipandang perlu untuk mendapatkan wawasan tentang bagaimana mengetahui Proses Fertilisasi,
Kebuntingan, Kelahiran dan Menyusui. Wawasan ini sangat diperlukan dalam memahami sejauh mana mekanisme yang terjadi pada proses-proses akhir reproduksi yang berakhir pada kelahiran seekor anak.

1.2. TUJUAN
Setelah mempelajari modul ini, mahasiswa diharapkan memiliki kemampuan untuk menjelaskan dan memahami :
1. Proses Fertilisasi (Proses kapasitasi spermatozoa, mekanisme terjasinya penetrasi spermatozoa pada ovum dan sejauh mana daya tahan hidup spm & Ovum dalam organ reproduksi betina)
2. Kebuntingan (Perkembangan embryo muda, Pembentukan membran embryo dan teknik pemeriksaaan kebuntingan).
3. Kelahiran (Proses kelahiran, Tanda-tanda menjelang kelahiran dan fase-fase kelahiran).
4. Menyusui (Anatomi kelenjar susu dan proses Pengeluaran air susu).

II. PEMBELAJARAN
2.1. Proses Kapasitasi spermatozoa dalam organ reproduksi betina
2.2. Proses penetrasi spermatozoa pada dinding ovum.
2.3. Daya tahan hidup spm & Ovum dalam organ reproduksi betina
2.4. Perkembangan zygote/embryo muda setelah terjadi fertilisasi.
2.5. Teknik yang digunakan untuk memeriksa kebuntingan.
2.6. Proses kelahiran
2.7. Tanda-tanda menjelang kelahiran
2.8. Fase-fase kelahiran
2.9. Anatomi kelenjar susu
2.10. Pengeluaran air susu

2. Soal Latihan :
1. Apakah spermatozoa yang masuk kedalam saluran reproduksi betina bisa langsung membuahi ovum?. Jika tidak, jelaskan mekanisme yang harus dialalui sperma tersebut sebelum proses ferttilisasi tersebut.
2. Jelaskan proses terjadinya fertilisasi dan perkembangan zygote setelah fertilisasi tersebut.
3. Sebutkan lama kebuntingan untuk masing-masing hewan ternak. Terangkan teknologi-teknologi yang bisa digunakan untuk mengetahui dan menentukan umur kebuntingan pada ternak.
4. Jelaskan mekanisme terjadinya kelahiran. Terangkan mekanisme yang terjadi sebelum, selama dan setelah kelahiran, baik mekanisme prilaku induk maupun mekanisme perubahan hormonal.
5. Anak yang baru lahir membutuhkan konsumsi air susu dari induknya. Gambarkan anatomi kelenjar air susu dan terangkan mekanisme pengeluaran air susu tersebut. Tunjukkan teknik pengeluaran air susu yang lebih efektif mengeluarkan air susu.

III. PENUTUP
Setelah melengkapi proses belajar sampai pada membuat latihan soal secara mandiri, maka dapat diharapkan mahasiswa memiliki kemampuan untuk memahami, memberikan penjelasan, menganalisis dan mengevaluasi :
1. Proses Fertilisasi (Kapasitasi spermatozoa, Penetrasi spermatozoa, daya tahan hidup spm & Ovum)
2. Kebuntingan (Perkembangan embryo muda, Pembentukan membran embryo dan pemeriksaaan kebuntingan).
3. Kelahiran (Proses kelahiran, Tanda-tanda menjelang kelahiran dan fase-fase kelahiran).
4. Menyusui (Anatomi kelenjar susu dan proses Pengeluaran air susu.

DAFTAR PUSTAKA

1. Reproduction in cattle by A.R. Peters & P.J.H. Ball (1986)
2. Physiology of reproduction & AI in cattle by Salisbury et.al (1978)
3. Reproduction in domestic Animals by Cupps, P.T. (1991)
4. Veterinary Reproduction & Obstetrics by Arthur, G.H. et al (1996)
5. Hormonal control of reproduction by Austin & Short (1984)
6. Veterinary endocrinology & reproduction. By McDonald, L.E. (1989)
7. Germ cell & Fertilization. By Austin & Short (1972)
8. Controlling Reproduction. By Hutchinson, J.S.M. (1993)









Evaluasi keberhasilan proses reproduksi dan faktor-faktor yang mempengaruhinya.

Model Pembelajaran “Collaborative Learning”

Mata Kuliah:

DASAR ILMU REPRODUKSI TERNAK



Jurusan Produksi Ternak
FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2009

















MODUL 4

Evaluasi keberhasilan proses reproduksi dan factor-faktor yang mempengaruhinya.

Prakata
Modul 4 ini adalah salah satu modul yang dibuat untuk mengembangkan pola pembelajaran berdasarkan “Student Centered Learning” yang sifatnya “collaborative learning” pada mata kuliah DASAR ILMU REPRODUKSI TERNAK. Modul ini berisi materi singkat untuk membantu proses pembelajaran secara mandiri (self-learning material) memperoleh wawasan tentang metoda mengevaluasi keberhasilan proses reproduksi dan mengevaluasi factor-faktor yang mempengaruhi proses reproduksi tersebut.

Peta Kududukan Modul
Modul 1:

Organ reproduksi
(Tm. 1)
Proses perkembangan alat reproduksi
(Tm. 2)
Organ reproduksi ternak betina
(Tm 3)
Organ reproduksi ternak jantan
(Tm 4)
Kelenjar endokrin dan hormon reproduksi
Modul 2
Perkembangan ovum & sperma, pubertas, berahi dan Ovulasi (Tm. 1)
Proses oogenesia & Spermatogenesis
(Tm. 2)
pubertas
(Tm 3)
estrus dan ovulasi
Modul 3
Fertilisasi, kebuntingan, kelahiran dan menyusui (Tm. 1)
Fertilisasi
(Tm. 2)
Kebuntingan
(Tm 3)
proses kelahiran dan menyusui
Modul 4
Evaluasi keberhasilan proses reproduksi dan factor-faktor yang mempengaruhinya. (Tm. 1)
evaluasi keberhasilan efisiensi reproduksi
(Tm. 2)
faktor-faktor yang berpengaruh pada proses reproduksi (Faktor internal) .
(Tm 3)
faktor-faktor yang berpengaruh pada proses reproduksi (Faktor Eksternal)

Tm = tatap muka


I. PENDAHULUAN
1.1. Deskripsi

Nama Modul :
Evaluasi keberhasilan proses reproduksi dan faktor-faktor yang mempengaruhinya.
Ruang Lingkup Isi :
1. Evaluasi (penilaian) tentang keberhasilan proses reproduksi pada ternak
2. Pengaruh berbagai faktor terhadap proses reproduksi, baik faktor internal maupun faktor eksternal.
Kaitan Modul :
Modul empat atau terakhir ini secara singkat merupakan dasar yang dipandang perlu untuk mendapatkan wawasan tentang bagaimana mengevaluasi keberhasilan proses reproduksi dan faktor-faktor yang mempengaruhinya. Wawasan ini sangat diperlukan dalam memahami sejauh mana keberhasilan proses-proses reproduksi dan faktor-faktor apa saja yang harus diperhatikan untuk memperoleh efesiensi reproduksi yang optimal.
1.2. TUJUAN
Setelah mempelajari modul ini, mahasiswa diharapkan memiliki kemampuan untuk menjelaskan dan memahami :
a. Metode-metode yang bisa digunakan untuk mengevaluasi keberhasilan proses reproduksi pada ternak.
b. Faktor-faktor yang berkaitan dengan proses reproduksi dan upaya-upaya yang bisa dilakukan dalam mengatasi masalah yang muncul dalam proses reproduksi tersebut.


II. PEMBELAJARAN
2.1. Metoda pengukuran efisiensi reproduksi pada berbagai level (fertilisasi, kebuntingan, kelahiran dan penyapihan).
2.2. Pengaruh berbagai faktor-faktor internal (pakan, menyusui, penyakit dan kelainan anatomis) terhadap efisiensi reproduksi.
2.3. Pengaruh berbagai faktor-faktor eksternal (manajemen dan lingkungan) terhadap efisiensi reproduksi.

2.4. Soal Latihan :
1. Sebutkan dan jelaskan alat-alat ukur (minimal 4) yang bisa digunakan untuk mengukur efisiensi reproduksi pada ternak.
2. Jelaskan keuntungan dan kelemahan masing-masing alat ukur tersebut diatas.
3. Suksesnya proses reproduksi pada ternak sangat dipengarhi oleh berbagai faktor, baik faktor internal maupun faktor eksternal ternak itu sendiri. Jelaskan mekanisme pengaruh dari masing-masing faktor tersebut.
4. Untuk memperoleh tingkat reproduksi yang optimal dalam beternak sapi di Sulawesi Selatan, jelaskan faktor-faktor apa saja yang perlu diperhatikan dan bagaimana melaksanakannya.


III. PENUTUP
Setelah melengkapi proses belajar sampai pada membuat latihan soal secara mandiri, maka dapat diharapkan mahasiswa memiliki kemampuan untuk memahami, memberikan penjelasan, menganalisis dan mengevaluasi :
1. Metode-metode yang bisa digunakan untuk mengevaluasi keberhasilan proses reproduksi pada ternak.
2. Faktor-faktor yang berkaitan dengan proses reproduksi dan upaya-upaya yang bisa dilakukan dalam mengatasi masalah yang muncul dalam proses reproduksi tersebut.


DAFTAR PUSTAKA

1. Reproduction in cattle by A.R. Peters & P.J.H. Ball (1986)
2. Physiology of reproduction & AI in cattle by Salisbury et.al (1978)
3. Reproduction in domestic Animals by Cupps, P.T. (1991)
4. Veterinary Reproduction & Obstetrics by Arthur, G.H. et al (1996)
5. Hormonal control of reproduction by Austin & Short (1984)
6. Veterinary endocrinology & reproduction. By McDonald, L.E. (1989)
7. Germ cell & Fertilization. By Austin & Short (1972)
8. Controlling Reproduction. By Hutchinson, J.S.M. (1993)

Minggu, 17 Januari 2010

OPTIMISME TERHADAP POPULASI SEJUTA EKOR SAPI DI SUL-SEL

Melalui berbagai media massa, kita sudah mengetahui adanya target produksi tiga komoditi yakni; beras 2 juta ton, jagung 1,5 juta ton dan populasi ternak sapi 1 juta ekor. Kita semua seyogyanya mendukung dengan optimisme yang tinggi target pencapaian produksi komoditas tersebut diatas. Untuk bisa kita menumbuh-kembangkan optimisme terhadap pencapaian target populasi sapi tersebut, perlu kita mempunyai masukan-masukan berbagai faktor pendukung yang memungkinkan pencapaian target tersebut.
Populasi sapi sejuta ekor di Sul-Sel sudah pernah dicapai sekitar 20 tahun lalu (thn 1989 populasi sapi 1,2 juta ekor). Populasi ini menurun secara drastis awal tahun 1990an kemudian bertahan sekitar 500.000 – 700.000 ekor hingga sekarang. Jadi target pemerintah daerah sekarang ini adalah mengembalikan populasi sapi yang terpuruk selama 20 tahun ini dan target ini akan diusahakan dicapai hanya dalam jangka waktu 4-5 tahun. Untuk kita bisa optimis terhadap target tersebut, mungkin ada baiknya kita mencari masukan terkait dengan kondisi ternak sapi saat ini dan penyebab utama kenapa populasi sapi menurun.
Populasi sapi di Sul-Sel thn 1989 masih sekitar 1,2 juta ekor. Namun, tahun 1998 tinggal 743.000 ekor, thn 2003, 737.000 ekor dan thn 2006, 612.000 ekor. Dari populasi ini 40-50 % adalah induk. Jumlah sapi yang dipotong berkisar 60.000 – 70.000 ekor/tahun atau hanya sekitar 10 % dari populasi. Jika seekot sapi mampu menghasilkan 100 kg daging, maka produksi daging hanya 6.000 – 7.000 ton daging/thn. Produksi ini jauh lebih rendah jika dibandingkan dengan kebutuhan masyarakat akan daging sapi. Tingkat konsumsi daging sapi secara nasional hanya 2 kg/kapita/thn (bandingkan dengan Malaysia dan Thailand sekitar 5,5 kg, Jepang = 10,3 kg, Amerika = 43,8 kg/kapita/thn). Untuk memenuhi kebutuhan 2 kg/kapita bagi masyarakat Sul-Sel yang jumlahnya sekitar 8 juta orang kita butuh daging sekitar 16.000 ton/thn. Ini membuktikan bahwa kita bukan lagi sebagai pemasuk ternak sapi untuk daerah lain seperti yang halnya yang terjadi tahun 1960 dan 1970an, melainkan kita sudah tergolong importir daging sapi.
Populasi ternak bisa bertambah jika ada kelahiran dan pemasukan ternak. Sebaliknya, menurun jika terjadi kematian, pemotongan dan pengeluaran ternak. Faktor utama yang diperkirakan sebagai penyebab utama menurunnya populasi di daerah ini adalah tingkat kelahiran yang rendah. Hal ini bisa dilihat pada berbagai indikasi. Indikasi 1. Tingkat pemotongan yang hanya sekitar 10 % dari populasi. Karena aturan yang dipotong hanya anak jantan dan betina tidak produktif, maka angka kelahiran hanya 20-30 %. Indikasi 2. Laporan dari berbagai hasil survey dan penelitian. Jarak kelahiran sapi di Sulsel 2-3 tahun, maka angka kelahiran 30-50 %(Sonjaya dkk, 1995). Sekitar 500 ekor sapi yang di IB antara tahun 1995-1999, angka konsepsi kurang dari 30 % (Toleng dkk, 2001). IB sapi dara dan induk menunjukkan angka kebuntingan 10-20% (Firmiaty dkk 2007 dan 2008). Dari laporan-laporan ini terungkap bahwa rendahnya angka kelahiran berkaitan dengan berbagai factor antara lain; berahi tanpa ovulasi, kondisi tubuh rendah dan kesalahan manajemen (kegagalan mendeteksi berahi dan kegagalan mengawinkan sapi yang berahi). Mengatasi kendala-kendala ini dapat meningkatkan angka kebuntngan menjadi 70-80%.
Untuk mencapai target 1 juta ekor, bahkan lebih, tahun 2013 bukanlah suatu hal yang sulit. Salah satu skenarionya adalah sbb; populasi sapi sekitar 700.000 ekor tahun 2008, jumlah induk fertil/subur sekitar 50 % dari populasi, angka kelahiran sekitar 50 %, pemotongan dilakukan hanya pada ternak jantan atau induk yang tidak fertil dan jumlahnya stabil seperti tahun-tahun sebelumnya (70.000 – 80.000 ekor/tahun), angka kematian maksimal sekitar 5 %, tidak boleh ada pengeluaran ternak, import daging sekitar 8.000 ton/tahun, konsumsi masyarakat akan daging sapi dibatasi maksimal 2 kg/kapita/tahun, maka pada tahun 2013 populasi bisa mencapai lebih dari 1 juta ekor. Jadi optimisme kita terhadap pencapaian sejuta ekor sapi di Sul-Sel sangat tergantung pada optimisme kita terhadap pencapaian koefisien-koefisien teknis tersebut diatas. Sebagai contoh, apakah kita optimis angka kelahiran bisa dicapai sekitar 50 %. Untuk mencapai target angka kelahiran ini perlu daya dukung lahan dan pakan cukup, ternak yang fertil dan sehat, pejantan yang unggul atau inseminator yang professional, petani yang mempunyai motivasi tinggi, dan berbagai faktor pendukung lainnya.
Bilamana kita sudah optimis bahwa target sejuta ekor sapi itu bisa terpenuhi, pertanyaan selanjutnya apakah sejuta ini sudah cukup untuk memenuhi kebutuhan kita?. Dengan populasi sejuta ekor sapi kelihatannya kita belum bisa bernapas lega karena ternyata belum mampu memenuhi kebutuhan daging sapi kita yang hanya 2 kg/kapita/tahun kalau koefisien teknis sama dengan yang tersebut diatas (kelahiran hanya sekitar 50 %). Kita masih harus mengimpor sekitar 2.000 ton/tahun. Namun jika kita bisa meningkatkan angka kelahiran menjadi >60 % barulah kita bisa mencukupi kebutuhan kita dengan standar 2 kg tadi.
Kegagalan kita menyediakan bahan makanan yang berkualitas tinggi, seperti daging, maka kemungkinan besar kita akan menciptakan generasi yang kurang berkualitas dimasa yang akan datang.

Penulis,
Abd. Latief Toleng
Dosen Fak. Peternakan, Unhas